journalofserviceclimatology.org – AF, yang merupakan sepupu dari Bintang dan berusia 16 tahun, mengakui bahwa alasan di balik penganiayaan yang dilakukan terhadap Bintang adalah karena ia dianggap tidak patuh dan susah diatur. Pengakuan ini terlontar saat AF berada di tengah warga ketika membantu proses pengantaran tubuh Bintang ke rumah duka.
Ibu Bintang, Suyanti, menceritakan bahwa AF menjelaskan perilaku Bintang yang dianggap bermasalah, seperti kesulitan dalam mengikuti ibadah salat dan belajar mengaji, yang menjadi alasan mengapa Bintang diberi hukuman fisik. Suyanti merasa hal tersebut terlalu berlebihan dan tidak dapat memahami bagaimana kesalahan seorang anak bisa berujung pada kekerasan yang mengakibatkan luka parah dan kematian.
Suyanti meminta kepada aparat penegak hukum agar kasus ini diusut secara mendalam dan adil, dengan harapan bahwa keadilan untuk Bintang dapat terwujud dan kejadian serupa tidak terulang pada santri lain. Meskipun telah merelakan kehilangan anaknya, ia mengharapkan agar penegak hukum dapat bertindak tegas dan transparent dalam investigasi kasus ini.
Suyanti juga menyampaikan keheranannya terhadap reaksi pasif para santri lain yang hadir saat kejadian tersebut berlangsung, yang tidak mengambil tindakan atau melaporkan kekerasan kepada pengelola pondok pesantren. Selain itu, ia menyatakan kekecewaannya terhadap pondok pesantren yang tidak memberikan ucapan belasungkawa atau dukacita atas kejadian tersebut.
Bintang Balqis Maulana, santri usia 14 tahun dari Pondok Pesantren Al-Ishlahiyah di Desa Kranding, meninggal dunia dalam keadaan yang diduga karena penganiayaan oleh seniornya. Pada malam kejadian, tubuhnya dikembalikan ke keluarga dalam keadaan terbungkus kafan dan masih terdapat darah.