cuaca-buruk-di-lomba-sydney-ke-hobart-dua-pelaut-tewas-akibat-insiden-di-kapal

journalofserviceclimatology – Dua pelaut tewas dalam insiden terpisah selama lomba berlayar tahunan dari Sydney ke Hobart akibat cuaca buruk yang melanda perairan tersebut. Kedua pelaut tersebut meninggal setelah terkena tiang layar (boom) di kapal mereka masing-masing, Flying Fish Arctos dan Bowline.

Insiden pertama terjadi sekitar pukul 23.50 waktu setempat, ketika seorang pelaut di kapal Flying Fish Arctos terkena tiang layar dan tidak dapat diselamatkan meskipun rekan-rekan kapalnya telah melakukan upaya CPR. Beberapa jam kemudian, sekitar pukul 02.15, insiden serupa terjadi di kapal Bowline, di mana seorang pelaut lain juga terkena tiang layar dan meninggal dunia meskipun upaya CPR juga dilakukan.

Kedua pelaut yang tewas telah diidentifikasi sebagai Roy Quaden, 55 tahun, dari Australia Barat, yang berada di kapal Flying Fish Arctos, dan Nick Smith, 65 tahun, dari Australia Selatan, yang berada di kapal Bowline. Quaden terkena tiang layar di bagian belakang kepalanya sekitar 30 mil laut tenggara Ulladulla, sementara Smith terkena tali pengendali layar utama (mainsheet) yang melemparkannya ke bagian lain kapal dan mengenai kepalanya di bagian winch.

Cuaca buruk yang melanda perairan tersebut telah memaksa beberapa kapal lain untuk mundur dari perlombaan. Meskipun demikian, panitia lomba menyatakan bahwa perlombaan akan terus berlanjut dan diharapkan kapal pertama akan tiba di Hobart pada Jumat malam atau Sabtu pagi.

Kedua kapal yang mengalami insiden fatal tersebut, Flying Fish Arctos dan Bowline slot server kamboja, telah mengundurkan diri dari perlombaan. Flying Fish Arctos, yang berbasis di New South Wales, telah berpartisipasi dalam 17 edisi sebelumnya dari lomba ini sejak dibangun pada tahun 2001. Sementara itu, Bowline juga telah mengundurkan diri dari perlombaan setelah insiden tersebut.

Kepolisian New South Wales (NSW) telah mengonfirmasi insiden tersebut dan menyatakan bahwa mereka sedang melakukan investigasi lebih lanjut. Panitia lomba juga menyatakan bahwa mereka akan melakukan penyelidikan untuk meningkatkan keselamatan di masa depan.

Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, turut menyampaikan belasungkawa atas tragedi ini. “Kami sangat sedih mendengar berita duka ini. Pikiran kami bersama keluarga dan teman-teman dari kedua pelaut yang meninggal,” ujarnya.

Tragedi ini mengingatkan pada insiden serupa yang terjadi pada tahun 1998, ketika enam pelaut tewas dalam badai hebat selama lomba yang sama, yang kemudian memicu reformasi besar-besaran dalam protokol keselamatan lomba.

Perlombaan berlayar dari Sydney ke Hobart adalah salah satu perlombaan berlayar paling berat di dunia, dengan jarak sekitar 628 mil laut (1.163 kilometer). Meskipun cuaca buruk sering menjadi tantangan, insiden fatal seperti ini sangat jarang terjadi.

Dengan adanya insiden ini, panitia lomba berkomitmen untuk terus meningkatkan protokol keselamatan untuk memastikan keselamatan semua peserta di masa depan.