journalofserviceclimatology.org – Pemimpin Hamas yang berbasis di Gaza memberikan peringatan terkait potensi dampak serius dari operasi militer Israel di Rafah, menekankan bahwa tindakan seperti itu bisa berakibat pada kehilangan nyawa yang besar. Mereka menganggap Rafah sebagai tempat suci dan terakhir bagi pengungsi Palestina.
Kota Rafah sendiri sudah dipadati oleh pengungsi yang meninggalkan berbagai wilayah di Gaza. Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel, diketahui sebelumnya telah merencanakan serangan militer terhadap Rafah sebagai bagian dari strategi untuk menargetkan posisi-posisi Hamas di bagian selatan kota tersebut.
Netanyahu menginstruksikan para pemimpin militer dan keamanan pada malam Jumat (9/2) untuk menyusun dan mengajukan ke kabinet rencana terkoordinasi yang dimaksudkan untuk evakuasi penduduk dan penghancuran infrastruktur militer Hamas.
Rencana Netanyahu untuk menyediakan koridor aman bagi warga sipil yang melarikan diri dari konflik ditanggapi dengan kecurigaan. Hal ini disebabkan oleh insiden-insiden sebelumnya di mana penduduk yang mencoba melarikan diri dari area yang terkena dampak pertempuran masih menjadi sasaran serangan oleh pasukan Israel, menurut laporan tersebut.
Sebagaimana dilaporkan oleh The New Arab, Hamas telah merilis sebuah pernyataan yang memperingatkan akan adanya konsekuensi yang sangat serius bila terjadi aksi militer di Rafah, yang berpotensi mengakibatkan kematian dan cedera pada puluhan ribu orang.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat telah menyatakan posisinya yang tidak mendukung inisiatif serangan darat yang ditujukan ke wilayah Rafah, mengingatkan bahwa tanpa perencanaan yang matang, tindakan tersebut bisa berujung pada tragedi yang besar.
Keadaan di Jalur Gaza telah memburuk akibat serangan-serangan yang dilancarkan oleh Israel, dengan korban yang telah jatuh berjumlah lebih dari 28 orang sejak tanggal 7 Oktober 2023, di mana sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.
Di sisi lain, pada tanggal 10 Februari, militer Israel mengumumkan penemuan sebuah terowongan yang diduga milik Hamas, yang berada di bawah struktur markas UNRWA di Kota Gaza.
UNRWA sendiri telah mengklarifikasi bahwa mereka tidak lagi menggunakan lokasi yang disebutkan sejak tanggal 12 Oktober dan telah menyerukan dilakukannya investigasi yang independen.
Sementara itu, Hamas telah menolak tuduhan dari Israel yang menyebutkan bahwa mereka telah membangun jaringan terowongan yang ekstensif di bawah fasilitas-fasilitas vital seperti sekolah dan rumah sakit sebagai cara untuk menyembunyikan aktivitas mereka.