journalofserviceclimatology.org – Meskipun ada penolakan resmi, pernyataan dan tindakan dari beberapa figur tinggi di pemerintahan Israel menunjukkan adanya indikasi agenda yang sangat keras terhadap Palestina. Contoh terbaru datang dari Amichai Eliyahu, seorang menteri dari partai radikal Otzma Yehudit.
Dalam sebuah pernyataan kontroversial, dia menyarankan bahwa penggunaan bom nuklir di Jalur Gaza bisa menjadi salah satu strategi Israel dalam konfliknya dengan Hamas. Saat diwawancarai oleh Radio Kol Berama, dan ditanya soal kemungkinan penggunaan senjata nuklir, Menteri Warisan Budaya, Amichai Eliyahu, menyatakan, “Itu termasuk dalam spektrum opsi yang kami miliki.”
Walaupun Israel belum pernah secara terbuka mengkonfirmasi atau membantah kepemilikan senjata nuklir, negara ini dianggap memiliki arsenil nuklir. Berdasarkan laporan dari Center for Arms Control and Non-Proliferation, diperkirakan Israel memiliki sekitar 90 hulu ledak nuklir. Israel belum menandatangani Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan tidak semua fasilitas nuklirnya berada di bawah pengawasan dari International Atomic Energy Agency (IAEA).
Meski Eliyahu terkait dengan Itamar Ben Gvir yang dikenal sangat konservatif, ia tidak termasuk dalam kabinet keamanan yang membuat keputusan strategis selama konflik, dan tidak memiliki kontrol atas kabinet perang yang memimpin operasi terhadap Hamas. Selama wawancara tersebut, Eliyahu juga menyampaikan penentangannya terhadap pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza, dengan pernyataan yang mengejutkan, “Kami tidak akan memberikan bantuan kemanusiaan kepada Nazi.”
Amichai Eliyahu, yang terkenal dengan pandangannya yang kontroversial, telah mengeklaim bahwa tidak ada warga sipil di Gaza yang tidak terlibat dalam konflik. Laporan Times of Israel menyebutkan bahwa ia mendukung gagasan untuk Israel merebut kembali wilayah Jalur Gaza dan membangun kembali permukiman di sana. Eliyahu dikutip mengatakan, “Mereka bisa pindah ke Irlandia atau ke gurun, para pelaku kekerasan di Gaza harus mencari solusi mereka sendiri.”
Lebih lanjut, dia menyatakan bahwa warga di bagian utara Jalur Gaza tidak berhak atas hidup, dan menyebut bahwa orang-orang yang mengibarkan bendera Palestina atau Hamas “tidak layak hidup di dunia ini.”
Namun, komentar-komentar ini telah mendapatkan kecaman dari pejabat tinggi Israel, termasuk PM Israel Benjamin Netanyahu dan pemimpin oposisi Lapid. Menurut laporan Al Jazeera, Netanyahu berpendapat, “Pernyataan Amichai Eliyahu tidak mencerminkan kenyataan yang sebenarnya,” dan menegaskan bahwa “Israel dan IDF selalu bertindak sesuai dengan standar hukum internasional yang paling ketat untuk menghindari kerugian pada warga sipil, dan kami akan terus berusaha keras menuju kemenangan.”
Komentar ini muncul di tengah meningkatnya kritik internasional terhadap Israel atas jumlah korban sipil di Gaza. Sejak 7 Oktober, telah dilaporkan lebih dari 9.400 warga Palestina kehilangan nyawa, dengan mayoritas adalah warga sipil, di wilayah yang telah lama dikucilkan.