Transformasi Abu Bakar Al Baghdadi Menjadi Ekstremis Dipicu oleh Dugaan Penyiksaan Seksual Selama Penahanan di Fasilitas AS

journalofserviceclimatology.org – Abu Bakar Al Baghdadi, yang pernah memimpin kelompok militan ISIS, dilaporkan mengalami perubahan drastis menjadi seorang ekstremis setelah menghadapi penyiksaan seksual selama masa tahanannya di fasilitas yang dioperasikan oleh Amerika Serikat. Informasi ini diungkapkan oleh Umm Hudaifa, istri mendiang Baghdadi, dalam sebuah wawancara dengan BBC.

Baghdadi ditahan di Kamp Bucca di Irak pada tahun 2004 dan kemudian tewas dalam operasi militer oleh pasukan Amerika pada tahun 2019. Menurut Hudaifa, Baghdadi adalah individu yang religius dan berpikiran terbuka sebelumnya, namun sikap dan pandangannya berubah secara signifikan pasca-penahanan.

“Dia mengalami gangguan psikologis, menjadi lebih cepat marah dan agresif,” ujar Hudaifa, seperti dikutip oleh Middle East Monitor. Ketika ditanya mengenai perubahan tersebut, Baghdadi hanya menjawab secara ambigu, “kamu tidak akan mengerti,” yang menyiratkan kompleksitas trauma yang dialami.

Hudaifa juga mencurigai bahwa suaminya menjadi korban penyiksaan seksual selama di tahanan, walaupun Baghdadi tidak pernah menjelaskan secara detail. Selain itu, Hudaifa pernah mengkonfrontasi Baghdadi mengenai tindakan pembunuhan terhadap orang-orang yang tidak bersalah. Baghdadi, menurutnya, berargumen bahwa tindakan tersebut memiliki justifikasi dalam hukum Islam, termasuk membimbing individu ke arah pertobatan.

Setelah kematian Baghdadi, Hudaifa kini menghadapi investigasi di sebuah penjara di Baghdad atas dugaan keterlibatannya dalam kejahatan seperti perbudakan seksual terhadap perempuan dan anak perempuan yang diculik oleh kelompok ekstremis. Lebih lanjut, Hamid Yazidi dan putrinya Soad, yang dilaporkan menjadi korban perdagangan manusia hingga tujuh kali, telah mengajukan tuntutan hukuman mati terhadap Hudaifa.

Pangkalan Militer PMF di Baghdad Dihantam Ledakan, Penyelidikan Dilakukan

journalofserviceclimatology.org – Pada tanggal 19 April, malam hari waktu setempat, sebuah ledakan signifikan mengguncang sebuah pangkalan militer di selatan Baghdad, yang digunakan oleh Pasukan Mobilisasi Rakyat (PMF) atau Hashed Al Shaabi, sebuah milisi yang didukung Iran. Insiden tersebut mengakibatkan satu orang tewas dan delapan lainnya mengalami luka-luka.

Konteks Regional dan Ledakan Sebelumnya di Iran

Peristiwa ini terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam setelah ledakan serupa terjadi di kota Isfahan, Iran. Mengingat sejarah PMF sebagai kelompok yang berorientasi pro-Iran, ledakan tersebut menambah ketegangan di kawasan yang telah dipanasikan oleh konflik antara Israel dengan milisi Palestina yang didukung oleh Iran, termasuk Hamas.

Upaya Penyelidikan oleh Otoritas Irak

Tidak lama setelah ledakan, otoritas Irak mengklarifikasi bahwa tidak ada bukti aktivitas drone atau pesawat tempur yang terkait dengan insiden tersebut. Sebuah komite telah ditugaskan untuk melakukan investigasi terhadap kejadian ini, dengan para penyelidik yang telah berada di lokasi untuk menentukan penyebab pasti dari ledakan.

Keterangan dari PMF dan Kementerian Dalam Negeri Irak

PMF telah mengkonfirmasi bahwa serangan tersebut telah menimbulkan korban jiwa dan kerugian material, tanpa menyebut jumlah yang pasti. Menurut sumber dari Kementerian Dalam Negeri Irak, ledakan itu menghantam gudang yang menyimpan peralatan militer, termasuk kendaraan dan senjata, dengan api yang masih berkobar dan operasi pencarian korban yang berlangsung.

Status Sekarang dan Tanggung Jawab Atas Serangan

Sampai saat ini, belum ada kelompok atau individu yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, dan situasi di lapangan masih dalam proses penanganan darurat.

Peran Strategis PMF dalam Konflik Regional

PMF, yang merupakan kelompok milisi Syiah, awalnya dibentuk untuk melawan ISIS dan sekarang terintegrasi dalam struktur keamanan nasional Irak. Serangan ini menunjukkan risiko yang dihadapi oleh kelompok-kelompok bersenjata di tengah situasi konflik Timur Tengah yang terus berkembang.

Ledakan yang terjadi di pangkalan PMF di Baghdad telah memicu penyelidikan untuk mencari penyebabnya, sekaligus menegaskan kembali ketidakstabilan keamanan di kawasan Timur Tengah. Penyelidikan ini berlangsung di tengah ketegangan yang meningkat di kawasan, termasuk serangan terkini di Iran dan eskalasi konflik antara Israel dan milisi Palestina. Situasi ini memperjelas kerumitan dari dinamika keamanan regional saat ini.