journalofserviceclimatology.org – Pernyataan dari Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amirabdollahian, menyampaikan pandangan kritis terhadap situasi di Timur Tengah, khususnya mengenai konflik antara Israel dan Palestina. Menurut laporan dari kantor berita Tasnim, Amirabdollahian mengomentari situasi pasca empat bulan konflik di Jalur Gaza, menyatakan bahwa Israel belum berhasil mencapai tujuannya dan mengingatkan tentang risiko keterlibatan Amerika Serikat yang lebih dalam di kawasan tersebut.
Ditambahkan bahwa Hamas telah mengusulkan sebuah rencana untuk normalisasi politik dalam konflik Palestina-Israel. Selama kunjungannya ke Lebanon, Amirabdollahian juga mengutarakan keberatan terhadap dukungan AS terhadap Israel terkait dengan situasi di Jalur Gaza.
Peristiwa yang berlangsung pada Oktober 2023, di mana Hamas dilaporkan melancarkan serangan roket besar-besaran dari Gaza ke Israel, dikatakan telah menyebabkan korban jiwa dan penculikan. Media Israel juga melaporkan adanya insiden di mana warga negara Israel menjadi korban.
Pada November, Qatar berperan sebagai mediator dalam kesepakatan antara Israel dan Hamas yang mencakup jeda kemanusiaan sementara, pertukaran tahanan, dan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Terdapat informasi bahwa lebih dari 100 sandera masih ditahan oleh Hamas.
Menurut laporan, meskipun ada perintah dari Mahkamah Internasional untuk menghentikan aksi yang bisa dikategorikan sebagai genosida, konflik terus berlangsung, dengan AS dikatakan sebagai penyuplai senjata utama kepada Israel.
Penting untuk dicatat bahwa istilah “genosida” adalah istilah hukum yang serius yang memiliki definisi spesifik dalam hukum internasional dan seharusnya hanya digunakan berdasarkan bukti yang kuat dan temuan hukum oleh lembaga internasional yang diakui. Informasi mengenai konflik ini harus ditangani dengan hati-hati dan diverifikasi melalui sumber yang dapat dipercaya dan netral.