journalofserviceclimatology.org – Banyak kaum muda di China saat ini memilih untuk tidak memiliki anak. Keputusan ini didasari oleh berbagai alasan, mulai dari rasa kelelahan akibat beban kerja yang berat hingga biaya hidup yang tinggi, khususnya yang berkaitan dengan pengasuhan anak.
China sedang mengalami penurunan dalam angka kelahiran, yang berakibat pada krisis demografis di mana jumlah penduduk usia lanjut mengalami peningkatan. Keadaan ini berbanding terbalik dengan populasi yang lebih muda.
Generasi Z, atau mereka yang lahir sekitar pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2000-an, adalah kelompok yang paling banyak menunjukkan keengganan untuk memiliki anak. Hal ini dikarenakan mereka lebih memprioritaskan pengembangan karier dan kehidupan mandiri.
Dalam konteks ekonomi yang menantang, banyak dari generasi muda ini di China, terutama kaum wanita, menunda atau bahkan memilih untuk tidak berkeluarga sama sekali. Seorang desainer bernama Awen berbicara kepada CNBC, menyatakan bahwa menabung dan membangun karier adalah fokus utamanya setelah merasa lelah dengan rutinitas kerja.
Karier sering kali menjadi prioritas, terutama di kalangan wanita, yang banyak merasa lebih puas dengan kehidupan yang mereka jalani secara independen. Statistik menunjukkan bahwa dari jumlah populasi wanita di China yang mencapai 698 juta, hanya sekitar 48,99 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan penduduk laki-laki yang sebesar 51,01 persen, menimbulkan kekhawatiran bagi pemerintah terkait dengan ketidakseimbangan gender.
Konsep berkeluarga kini tidak lagi dianggap sebagai kebutuhan oleh sebagian generasi muda. Janet Song, seorang wanita China, menyampaikan dalam wawancaranya dengan South China Morning Post bahwa keberadaan suami atau anak tidak dianggap sebagai faktor penentu keberhasilan hidupnya.
Liu Xin, seorang direktur kreatif, juga mengamati bahwa ide hidup untuk kepuasan diri sendiri semakin populer, terutama di kalangan konsumen wanita di bawah usia 35 tahun. Profesor Yang Hu menyoroti perlunya China mengambil langkah-langkah untuk mendorong wanita untuk memiliki anak, sebagaimana dilaporkan oleh ABC Net.
Negara-negara di Asia, termasuk China, telah mendapat perhatian karena mengalami penurunan populasi, dengan China sendiri kehilangan sebanyak 2.08 juta orang pada tahun 2023, di saat pertumbuhan ekonominya hanya mencapai 5,2 persen pada tahun yang sama.
Presiden Xi Jinping telah mengambil inisiatif dengan mengimplementasikan kebijakan baru yang ditujukan untuk mendorong angka kelahiran, termasuk dengan insentif keuangan dan peningkatan fasilitas penitipan anak. Xi Jinping juga menandatangani kebijakan pada 15 November yang memungkinkan pasangan, dimana salah satunya adalah anak tunggal, untuk memiliki dua anak.