journalofserviceclimatology.org – PT Kereta Api Indonesia (KAI), perusahaan kereta api milik negara, telah menerima suntikan dana dalam bentuk pinjaman dari China Development Bank (CDB) yang mencapai jumlah hampir 7 triliun rupiah. Dana tersebut diperuntukkan untuk menanggulangi pembengkakan biaya pada proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Informasi ini diungkapkan melalui pengumuman resmi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), yang menyebutkan bahwa PT KAI telah menerima pinjaman sejak 7 Februari 2024.
Pinjaman yang diterima PT KAI dibagi dalam dua bagian, yaitu fasilitas A dengan nilai US230,99juta,atau sekitar 3,6triliun rupiah,dan fasilitas B sejumlah US$17,08 juta, atau kira-kira 3,38 triliun rupiah. Dengan demikian, keseluruhan pinjaman berjumlah sekitar 6,9 triliun rupiah. Surat pemberitahuan kepada BEI juga menyatakan bahwa PT KAI memiliki tanggung jawab atas pembayaran utang kepada CDB.
Dana yang diperoleh dari pinjaman ini langsung dialihkan ke PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), yang dilakukan pada tanggal yang sama ketika dana pinjaman diterima.
Awalnya, proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung ditawarkan oleh pemerintah China pada tahun 2015 dengan estimasi biaya sebesar US$5,13miliar.Namun,biaya tersebut kemudian membengkak sebesar US$1,2 miliar atau sekitar 18,24 triliun rupiah. Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo, menyatakan bahwa kedua negara telah menyepakati angka pembengkakan tersebut dan saat ini sedang dalam proses penyelesaian.
Untuk mengatasi pembengkakan biaya ini, pemerintah Indonesia setuju untuk mencari pinjaman tambahan. Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto, menegaskan bahwa CDB telah setuju dengan rencana pinjaman ini. Seto juga mengungkapkan bahwa suku bunga pinjaman dari CDB telah diturunkan dari 3,4% menjadi 3,2%, meskipun tidak mencapai target awal 2%. Menurut Seto, suku bunga ini masih dianggap ideal dibandingkan dengan suku bunga yang ditawarkan oleh pemerintah Amerika Serikat, yang lebih tinggi daripada tawaran dari China.